H. Jazuli Juwaini, Lc. MA

.

Jumat, 18 Februari 2011

Di Depan Anggota DPR Amir Ahmadiyah Baca Syahadat

RAPAT Dengar pendapat antara jamaah Ahmadiyah Indonesia dengan Komisi VIII DPR berlangsung cukup panas. Sejak dibuka pukul 8 malam, hujan interupsi nyaris tiada henti. Sampai tengah malam, rapat belum usai.

Jama'ah Ahmadiyah yang hadir disitu 17 orang. Dari wajahnya, mereka terlihat seperti masyarakat biasa yang lugu dan polos. Usianya sekitar 50-an tahun. Yang berbicara hanya dua, yaitu Amir Nasional Jamaah Ahmadiyah Nasional Abdul Basit, dan Jubir Ahmadiyah, Mubarok.

Membuka paparannya, Abdul Basit mengawalinya dengan menyebut dua kalimat syahadat. Kalimat yang diucapkan itu sekaligus seolah seolah ingin menegaskan penolakan Ahamdiyah terhadap tawaran menjadi agama baru.

Basit menegaskan bahwa Ahmadiyah tidak bisa dilepaskan dari Islam. Ajaran Ahmadiyah, adalah bagian dari ajaran Islma.


"Ahmadiyah bagian dari Islam dan tidak bisa dipisahkan dari Islam karena Ahamdiyah lahir dari Islam,"" papar dia.

Kedatangan mereka di Senayan, tampaknya tak dipenuhi dengan semangat menggebu-gebu. Mereka seperti orang-orang pasrah saja. Namun, saaat hujan interupsi terjadi, mereka tetap terlihat sekuat tenaga mempertahankan argumentasinya. Mereka tetap menyatakan ajarannya tidak menyimpang dari Islam.

Pimpinan sidang politisi PKB Abdul Kadir Karding cukup netral mengomandoi jalannya rapat. Dalam paparannya, Abdul Basid rentetan jasa yang pernah dilakukan Ahmadiyah kepada bangsa Indonesia. Katanya, Ahmadiyah ikut memperjuangkan kemerdekaan. Bahkan sejumlah tokoh kemerdekaan termasuk penyusunan naskah kemerdekaan dan seorang penulis lagu kehangsaan, diklaim sebagai penganut Ahmadiyah,

"Bahkan, saat ini Ahmadiyah adalah pendonor darah terbesar kedua di Indonesia," katanya.
Pernyataan ini menuai interupsi lagi. Imran Muchtar, misalnya, mengatakan sudah terlalu sering mendengar klaim seperti iiu. Padahal, yang dibicarakan dalam rapat mestinya bukan puja puji, melainkan mencari titik temu dari konflik yang terus terjadi belakangan ini.
Rapat sempat memanas saat Basid mengatakan bahwa konflik berdarah dipicu fatwa MUI yang menyatakan Ahmadiyah sesat menyesatkan.

"Penyerangan itu terjadi karena ada fatwa Ahmadiyah sesat. Sebelum itu tidak ada," katanya.

Zainut Tauhid dari PPP spontan protes mendengar pernyataan itu. Kata dia, Basid harus minta maaf kepada masyarakat karena menyalahkan MUI. Namun, Basid kecuali pada pendiriannya. Kerusuhan itu merupakan ekses dari fatwa MUI." katanya lagi.

Hazrul Azwar dari PPP juga menilai pernyataan Basid keliru. Sepengetahuannya, konflik Ahmadiyah sudah terjadi sejak 1930, jauh sebelum fatwa MUI dikeluarkan. Jadi, kata Hasrul, pernyataan Basid keliru dan dia harus minta maaf.

Tensi rapat agak turun saal Jubir Ahmadiyah Mubarok ikut menengahi. Dia meminta agar Basid dimaklumi, karena kondisinya sedang tertekan,mengingat peristiwa di Cikeusik menewaskan tiga
warganya.

"Kami mohon maaf," katanya.
Hal lain, Basid juga mengatakan, selama ini tidak pernah ada sosialisasi yang massif terhadap SKB 3 menteri. Banyak aparat tingkat bawah yang tidak mengerti. Alhasil, saat kerusuhan terjadi, banyak jatuh korban. Selama ini, kata Basid, Ahmadiyah juga tidak pernah diajak dialog. "Cara yang paling baik itu dialog dengan santun. Bukan dengan mengerahkan massa. Tapi, kami tidak pernah diajak dialog," katanya.

Terkait dengan kasus Cikeusik, Basid mengatakan, itu hanya silaturahmi biasa dan upaya menjaga aset. Karena setelah keluarga Ahmadiyah Suparman dibawa polisi, rumah tersebut tidak ada yang menjaga.

Pernyataan ini juga langsung dibantah oleh Zainut Tauhid. Ia mengatakan, bagaimana bisa dialog kalau selama ini Ahmadiyah sangat eksklusif dan tidak mau terbuka pada pihak lain.

Jazuli Juwaini, anggota Komisi VIII dari PKS mengatakan, untuk menyelesaikan konflik, dia mengusulkan agar Ahmadiyah menjadi agama baru saja. "Tawaran solusinya, bagaimana kalau jadi agama saja. Sehingga tidak mengusik umat Islam yang mayoritas," katanya.

Sementara, Ahmad Rubaie dari PAN berbicara scdikit lembut. Dia ingin mengetuk Ahmadiyah untuk kcmbali pada Islam. "Bila perlu. Ahmadiyah masuk MUI saja. Agar semua perbedaan yang ada bisa didiskusikan dalam divisi fatwa MUI. Tapi kalau nggak bisa gabung, ya bikin agama haru," katanya.

Saifudin dari Gerindra mengusulkan supaya tidak terjadi konflik lagi sebaiknya warga Ahmadiyah dilokalisasi disebuah pulau kosong saja.

"Mengapa tidak kita taruh di pulau kosong aja? Dari 17 ribu pulau yang ada banyak yang kosong. Kila perhatikan segalanyalah. Agar hidup mereka jadi tentram dan baik buat semua," katanya.
Sampai berita ini diturunkan rapat masih berlangsung. Namun, makin lama, tensinya makin turun. Karena para peserta rapat terlihat banyak yang mulai mcngantuk. • USU/DETIK

Media : Koran Rakyat Merdeka
Edisi : Kamis, 17 Februari 2011
Rubrik : Headline












Comments :

0 komentar to “Di Depan Anggota DPR Amir Ahmadiyah Baca Syahadat”