H. Jazuli Juwaini, Lc. MA

.

Sabtu, 28 Mei 2011

Pendidikan agama sebatas formalitas

JAKARTA — Pendidikan dan pelajaran agama yang dijalankan saat ini hanya bersifat formalitas, materi dan tidak mendorong pembentukan moral dan karakter siswa didik. Akibatnya banyak di antara siswa berperilaku jauh dari nilai-nilai agama.
Demikian dikemukakan fungsionaris DPP Kiblat, Efwan Saputra pada Harian Terbit, kemarin.

Efwan mengatakan seyogianya, pendidikan agama di Indonesia yang diberikan kepada anak didik, mampu mengarahkan anak-anak didik menjadi anak didik yang hidupnya didasari pada nilai-nilai agama, sekaligus menjadi insan yang mengamalkan agama.
Namun dalam kenya-taannya di sekolah umum, 12 tahun mereka belajar banyak di antara mereka yang tidak mengerti baca tulis Al-Quran.

Menurut Efwan, pendidikan agama di sekolah jauh cenderung formaltas. Hanya sekedar untuk memenuhi kurikulum, tapi tujuan dan arahnya tidak jelas. Akibatnya anak-anak didik kita semakin menjauh dari nilai-nilai agama.

Efwan tidak mau menghubungkan secara pasti, apakah tindak korupsi yang banyak menjangkiti pejabat dan kalangan politisi kita dewasa ini lantaran pendidikan agama yang diberikan pada anak didik tidak menemui sasaran, tapi yang pasti pendidikan agama belum mampu melahirkan manusia Indonesia yang memiliki sifat ihsan, yakni merasa dirinya selalu dalam pengawasan Allah.


Kalau orang sudah ihsan, apa pun yang dilakukan akan berhitung. Dia akan merasa bahwa kehidupannya diawasi oleh Allah, baik sedang sendiri maupun sedang dalam
keadaan ramai. "Orang yang ihsan tidak akan korupsi, dan tidak akan mau memakan uang hak orang lain," tegasnya.

Sebelumnya Anggota Komisi VIII DPR RI Jazui Juwaini menilai, fenomena meningkatnya tindakan radikalisme dikarenakan dangkalnya pemahaman terhadap agama sehingga salah satu solusinya adalah merevitaisasi pendidikan agama dan akhlak di sekolah.
"Kita menuntut pemerintah untuk merevitalisasi peran pendidikan secara umum dan khususnya pendidikan agama agar mampu mencetak siswa yang berkontribusi positif di masyarakat, mencegah sikap intoleran dan merusak seperti radikalisme, teroris dan makar," ujarnya.

Dikemukakannya, bahwa tudingan terhadap pelajaran agama dan aktivitas keagamaan di sekolah sebagai penyebab perilaku radikal dan intoleran terhadap penganut agama lain sangatlah tidak fair. (taryono)


Media : Koran Harian Terbit
Edisi : Senin, 23 Mei 2011
Rubrik : Syiar, Hal : 12



Comments :

0 komentar to “Pendidikan agama sebatas formalitas”